Jakarta (1/3) - Pemerintah hingga detik ini
belum memutuskan arah pengembangan Lapangan Gas Masela, Maluku. Dua opsi muncul
lewat pengolahan gas alam cair akan dibangun diatas kapal terapung di laut dengan
Floating Liquid Natural Gas - FLNG (Offshore) atau
dibangun di daratan di pulau yang terdekat dengan LNG Plant (Onshore).
Ketua
Bidang Ekuinteklh DPP PKS, Memed Sosiawan mengingatkan Pemerintah harus berani
membuat keputusan yang memastikan gas di Blok Masela dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Konstitusi
kita menyatakan, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
"Dengan demikian segala sumber daya alam, termasuk Blok Masela yang
mengandung gas harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat," papar Memed di Kantor DPP PKS, Jakarta, Selasa (1/3/2016).
Memed menyebut masyarakat Maluku sendiri
tentunya menginginkan agar pengolahan gas alam cairnya dilakukan di daratan (Onshore). Sebabnya agar dapat dimanfaatkan lebih
lanjut oleh industri hilir gas seperti industri pupuk dan petrokimia.
"Sehingga terjadi trickle down effect yang
dapat menumbuhkan perekonomian domestik Maluku," ungkap dia.
Ia juga menjabarkan jika sejatinya pengolahan
LNG Plant di daratan (Onshore) lebih ekonomis
dibandingkanFloating Liquid Natural Gas - FLNG (Offshore).
Dalam catatannya, pembangunan blok Masela dengan
menggunakan FLNG (Offshore) tanpa ada fasilitas di
darat akan memerlukan investasi sebesar $ 17,83 miliar. Sedangkan pembangunan
LNG Plant di daratan (Onshore) dapat diperkirakan
memerlukan investasi sebesar $ 12miliar.
Angka ini berbeda dengan proposal perkiraan
biaya dari Inpex dan Shell, yang menyatakan bahwa, pembangunan kilang offshore hanya US$ 14,8 miliar. Sedangkan
pembangunan kilang di darat onshore, mencapai US$ 19,3 miliar.
Perkiraan tersebut juga berbeda kajian Kemenko
Maritim dan Sumber Daya, bahwa biaya pembagunan kilang darat (Onshore) sekitar US$16 miliar. Sedangkan jika dibangun
kilang apung di laut (Offshore), biayanya mencapai US$22
miliar.
"Dengan demikian, memang ada kesimpulan
yang sama, bahwa kilang di darat (Onshore) lebih
murah sekitar dibandingkan dengan kilang di laut (Offshore),"
ungkap dia.
Keterangan Foto: Ketua
Bidang Ekuinteklh DPP PKS, Memed Sosiawan
0 Komentar